Rabu, 04 September 2013

Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah

PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah merupakan sebuah inovasi untuk menunjang peningkatan produksi padi. Hal ini dilatarbelakangi karena beras sebagai bahan pangan yang berasal dari padi merupakan bahan pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sebagai bahan pangan pokok utama padi memegang posisi yang strategis untuk dikembangkan.

PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usaha tani padi sawah dengan menggabungkan berbagai komponen teknologi yang saling menunjang dan dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak agar memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Pengelolaan Tanaman Terpadu atau PTT padi sawah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta menjaga kelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya hasil produksi diharapkan pendapatan petani akan meningkat.
Sebagai salah satu upaya maupun inovasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman penerapan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah didasarkan pada empat prinsip, yaitu :
  • Terpadu ; bukan merupakan teknologi maupun paket teknologi tetapi merupakan suatu pendekatan agar sumberdaya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
  • Sinergis ; memanfaatkan teknologi pertanian yang sudah dikembangkan dan diterapkan dengan memperhatikan unsur keterkaitan sinergis antar teknologi.
  • Spesifik lokasi ; memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi pertanian setempat.
  • Partisipatif ; petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kemampuan petani dan kondisi setempat melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan.
Dalam penerapan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah tidak lagi dikenal rekomendasi untuk diterapkan secara nasional karena petani secara bertahap dapat memilih sendiri komponen teknologi yang paling sesuai dengan kemampuan petani dan keadaan setempat untuk diterapkan dengan mengutamakan efisiensi biaya produksi dan komponen teknologi yang saling menunjang untuk diterapkan.

KOMPONEN TEKNOLOGI PTT PADI SAWAH
Komponen teknologi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah dirakit berdasarkan kajian kebutuhan dan peluang (KKP) yang akan mempelajari permasalahan yang dihadapi petani dan cara-cara mengatasi permasalahan tersebut dalam upaya meningkatkan produksi sehingga komponen teknologi yang dipilih akan sesuai dengan kebutuhan setempat.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menyediakan beberapa pilihan komponen teknologi yang dikelompokkan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan.
Komponen teknologi dasar adalah sekumpulan teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan semuanya sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi dengan input yang efisien sebagaimana menjadi tujuan dari PTT. Komponen teknologi dasar PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah meliputi :
  • Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan bernilai ekonomi tinggi yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan dan keinginan petani
  • Benih bermutu dan berlabel/bersertifikat
  • Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
  • Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT).
Sedangkan komponen teknologi pilihan adalah teknologi-teknologi penunjang yang tidak mutlak harus diterapkan tetapi lebih didasarkan pada spesifik lokasi maupun kearifan lokal dan telah terbukti serta berpotensi meningkatkan produktivitas. Secara spesifik lokasi dan kearifan lokal komponen teknologi ini dapat diperoleh dari sumber daya alam yang tersedia ataupun dari pengalaman petani sendiri. Komponen teknologi pilihan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah meliputi :
  • Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
  • Penggunaan bibit muda (< 21 HSS)
  • Tanam dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1 – 3 bibit perlubang
  • Pengaturan populasi tanaman secara optimum (jajar legowo)
  • Pemberian bahan organik berupa kompos atau pupuk kandang serta pengembalian jerami ke sawah sebagai pupuk dan pembenah tanah
  • Pengairan berselang (intermiten irrigation) secara efektif dan efisien
  • Pengendalian gulma dengan landak atau gasrok
  • Panen dan penanganan pasca panen yang tepat.
Perpaduan komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar terhadap permasalahan produktivitas padi dengan didasarkan pada pendekatan yang partisipatif.

TEKNIS PELAKSANAAN PTT PADI SAWAH
Berikut akan diuraikan teknis budidaya padi sawah melalui pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) dengan menggabungkan komponen teknologi dasar dan teknologi pilihan.
A. Pengolahan Tanah Sesuai Musim dan Pola Tanam
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna dengan dua kali pembajakan dan satu kali garu atau minimal, atau tanpa olah tanah. Pemilihan cara yang akan dilakukan disesuaikan dengan keperluan dan kondisi. Faktor yang menentukan adalah kemarau panjang, pola tanam dan jenis/struktur tanah.
Dua minggu sebelum pengolahan tanah, taburkan bahan organik secara merata di atas hamparan sawah. Bahan organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang (2 ton/ha) atau kompos jerami (5 ton/ha).
B. Varietas Unggul
Dalam PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah pemilihan varietas merupakan salah satu komponen utama yang mampu meningkatkan produktivitas padi. Varietas padi yang akan ditanam dipilih varietas unggul baru (VUB) yang mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, tahan serangan penyakit, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi serta memiliki kualitas rasa yang dapat diterima pasar.
Varietas unggul baru (VUB) dapat berupa padi inbrida seperti ciherang, mekongga, inpari (10, 11,13) atau hibrida seperti rokan, hipa 3, bernas super dan intani. Tanam varietas unggul baru ini secara bergantian untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit.
C. Benih Bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi, berukuran penuh dan seragam, daya kecambah diatas 80 % (vigor tinggi), bebas dari biji gulma, penyakit dan hama atau bahan lain. Gunakan selalu benih yang telah memiliki sertifikasi atau label untuk mendapatkan benih dengan tingkat kemurnian tinggi dan berkualitas atau benih bermutu yang diproduksi oleh petani.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan untuk menyeleksi atau memilih benih bermutu agar didapatkan benih yang benar-benar berkualitas (bernas) dan vigor tinggi dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gram garam dapur dalam 1 liter air) atau larutan pupuk ZA (1kg pupuk ZA dalam 2,7 liter air). Benih dimasukkan ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (volume larutan 2 kali volume benih) kemudian diaduk dan benih yang mengambang atau terapung di permukaan larutan dibuang.
Cara sederhana dapat dilakukan dengan merendam benih dalam larutan garam dapur menggunakan indikator telur. Telur mentah (bisa telur ayam atau bebek) dimasukkan ke dalam air, kemudian masukkan garam sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai telur terapung ke permukaan. Kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke dalam larutan garam. Benih yang mengapung dibuang dan benih yang tenggelam selanjutnya dicuci sampai bersih dari garam untuk disemai.
Untuk keperluan penanaman seluas 1 hektar benih yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak 20 kg. Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air sampai bersih dari garam kemudian direndam dengan air bersih selama 24 jam. Selanjutnya diperam dalam karung atau wadah lainnya selama 48 jam dan dijaga kelembabannya dengan membasahi wadah dengan air.
Untuk benih padi hibrida tidak diberi perlakuan perendaman dalam larutan garam tetapi langsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam.
Lahan persemaian untuk 1 hektar luasan lahan pertanaman sebaiknya 400 meter persegi (4% dari luas tanam) dengan lebar bedengan 1 – 1,2 meter dan antar bedengan dibuat parit sedalam 25 – 30 cm. Saat pembuatan bedengan taburkan bahan organik 2 kg /meter persegi seperti kompos, pupuk kandang atau campuran berbagai bahan antara lain kompos, pupuk kandang, serbuk kayu, abu dan sekam padi. Tujuan pemberian bahan organik ini untuk memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar bisa dikurangi.
D. Sistem Tanam
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan tanam menggunakan bibit muda atau kurang dari 21 HSS (hari setelah sebar) dan jumlah bibit 1 – 3 batang per lubang karena bibit lebih muda akan menghasilkan anakan lebih banyak dibanding menggunakan bibit lebih tua.
Pada daerah endemik keong untuk mengantisipasi serangan keong dapat menggunakan bibit lebih dari 21 HSS tetapi dianjurkan tidak lebih dari 25 HSS. Masa kritis serangan keong berada pada 21 hari setelah sebar dan 10 hari setelah pindah tanam.
Tanam dilakukan dengan kondisi lahan jenuh air (ketinggian air kurang lebih 2 cm dari permukaan tanah macak-macak) dengan jumlah bibit yang ditanam tidak lebih dari 3 bibit per rumpun. Gunakan jarak tanam yang beraturan seperti model tegel 20 X 20 cm (25 rumpun/meter persegi) atau 25 X 25 cm (16 rumpun/meter persegi). Pengaturan jarak tanam dapat dilakukan dengan menggunakan caplak atau tali sebagai mal.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan untuk mengatur jarak dan populasi tanaman dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo adalah sistem tanam dengan pengaturan jarak tanam tertentu sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menganjurkan penerapan sistem tanam jajar legowo karena adanya keuntungan dan kelebihan yang lebih dibanding dengan sistem tanam konvensional (tegel) diantaranya yaitu :
  • Adanya efek tanaman pinggir
  • Sampai batas tertentu semakin tinggi populasi tanaman semakin banyak jumlah malai persatuan luas sehingga berpeluang menaikkan hasil panen
  • Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan keong atau mina padi
  • Pengendalian hama, penyakit dan gulma menjadi lebih mudah
  • Dengan areal pertanaman yang lebih terbuka dapat menekan hama dan penyakit
  • Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
Sistem tanam jajar legowo yang dapat diterapkan adalah sistem tanam jajar legowo 2 : 1 atau 4 : 1 dan penyulaman tanaman dapat dilakukan sebelum tanaman berumur 14 HST (hari setelah tanam).
E. Pengairan Berselang (Intermittent Irrigation)

Pengairan dilakukan dengan sistem pengairan berselang (intermittent irrigation). Pengairan berselang adalah pengaturan kondisi sawah dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian yang bertujuan untuk :
  • Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi lebih luas
  • Memberi kesempatan akar tanaman memperoleh udara lebih banyak sehingga dapat berkembang lebih dalam karena akar yang dalam dapat menyerap unsur hara dan air yang lebih banyak
  • Mencegah timbulnya keracunan besi
  • Mencegah penimbunan asam organik dan gas hidrogen sulfida yang menghambat perkembangan akar
  • Mengaktifkan jasad renik (mikrobia tanah) yang bermanfaat
  • Mengurangi kerebahan
  • Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah)
  • Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
  • Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah)
  • Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang serta mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus.
Teknis penerapan pengairan berselang dilakukan pada saat tanaman berumur 3 HST (hari setelah tanam) dimana petakan sawah diairi dengan tinggi genangan 3 cm dan selama 2 hari berikutnya tidak ada penambahan air sampai kondisi air di petakan habis dan tanah mengering sedikit retak. Baru pada hari ke 4 (7 HST) petakan sawah diairi kembali hingga genangan air setinggi 3 cm dan tidak ada penambahan air sampai kondisi air dipetakan habis dan tanah menjadi mengering sedikit retak kembali. Cara ini dilakukan terus sampai fase anakan maksimal.
Pada saat mulai fase pembentukan malai (bunting) sampai pengisian biji petakan sawah digenangi terus. Petakan dikeringkan kembali saat 10 – 15 hari sebelum panen.
Pada tanah yang cepat menyerap air atau berpasir selang waktu pengairan harus diperpendek. Apabila ketersediaan air selama satu musim tanam kurang mencukupi selang waktu pengairan dapat diperpanjang yaitu dengan selang waktu 5 hari.
Pengairan berselang secara efektif dan efisien hanya dapat dilakukan pada areal sawah irigasi teknis yang dapat dengan mudah mengatur masuk dan keluarnya air pada areal persawahan. Pada sawah-sawah yang sistem drainasenya tidak baik (sulit dikeringkan) atau sawah tadah hujan pengairan berselang (intermittent irrigation) tidak perlu diterapkan.
F. Pemupukan Berimbang

PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah menerapkan pemupukan berimbang secara efektif dan efisien sesuai kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Pemupukan berimbang adalah pemberian berbagai unsur hara dalam bentuk pupuk untuk memenuhi kekurangan hara yang dibutuhkan tanaman berdasarkan tingkat hasil yang ingin dicapai dan hara yang tersedia dalam tanah. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman adalah unsur N (nitrogen ; dalam bentuk pupuk urea), P (phospat ; dalam bentuk pupuk TSP/SP36) dan K (kalium ; dalam bentuk pupuk KCL).
Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan bagan warna daun (BWD). Bagan warna daun adalah sebuah alat untuk mengukur tingkat kebutuhan N tanaman dengan mengukur skala tingkat kehijauan warna daun sehingga dapat diketahui jumlah kebutuhan unsur hara N tanaman.
Nilai pembacaan bagan warna daun (BWD) digunakan untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai dengan kondisi tanaman.
Pemberian pupuk awal N diberikan pada umur tanaman sebelum 14 HST ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan tanah. Dosis pupuk awal N (urea) untuk padi varietas unggul baru adalah 50 – 75 kg/ha, sedangkan untuk padi tipe baru dengan dosis 100 kg/ha. Pembacaan BWD hanya dilakukan menjelang pemupukan kedua (tahap anakan aktif ; umur 21 – 28 HST) dan pemupukan ketiga (tahap primordia ; umur 35 – 40 HST). Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru pembacaan BWD juga dilakukan pada saat tanaman dalam kondisi keluar malai dan 10 % berbunga.
Pemupukan dilakukan dengan cara disebar/ditabur merata di seluruh permukaan tanah. Urea merupakan pupuk yang mudah larut dalam air sehingga pada saat pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup.
Pemupukan P dan K disesuaikan dengan hasil analisis status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Status hara tanah P dan K dapat ditentukan dengan perangkat uji tanah sawah (PUTS). Tiap wilayah telah memiliki dosis rekomendasi pemupukan P dan K yang berdasarkan pada uji tanah sawah yang dilakukan oleh instansi terkait (Balai Penyuluhan/Dinas Pertanian).
Terdapat tiga skala tingkatan status hara tanah P dan K pada suatu lahan sawah yaitu tinggi, sedang dan rendah sebagaimana termuat dalam tabel di bawah ini :

Pupuk P diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar atau bersamaan dengan pemupukan N yang pertama pada 0 – 14 HST. Pupuk K pada lahan sawah dengan status hara tanah P dan K rendah (dosis 100 kg/ha KCL) diberikan 50 % sebagai pupuk dasar (pemupukan pertama) dan sisanya diberikan pada masa primordia.
Pada lahan sawah dengan status hara tanah P dan K sedang – tinggi (< 50 kg KCL/ha) pupuk K diberikan seluruhnya sebagai pupuk dasar (0 – 14 HST).
G. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma atau penyiangan adalah kegiatan membersihkan pertanaman dari rumput dan tanaman yang tidak dikehendaki keberadaannya (gulma) di areal pertanaman karena dapat mengganggu perkembangan tanaman pokok. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma dengan tangan, menggunakan alat gasrok (landak) atau menggunakan herbisida.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah lebih menganjurkan melakukan penyiangan dengan menggunakan alat gasrok karena sinergis dengan pengelolaan lainnya dan lebih memiliki keuntungan yaitu :
  • Ramah lingkungan
  • Hemat tenaga kerja sehingga lebih ekonomis dibandingkan dengan penyiangan menggunakan tangan
  • Memberikan sirkulasi udara ke dalam tanah sehingga dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman
  • Apabila dilakukan bersamaan atau segera setelah pemupukan akan membenamkan pupuk ke dalam tanah sehingga pemberian pupuk menjadi efisien.
Penyiangan menggunakan gasrok dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  • Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 10 – 15 HST
  • Dianjurkan dilakukan dua kali, dimulai pada saat tanaman berumur 10 – 15 HST dan diulangi 10 – 25 hari kemudian
  • dilakukan pada kondisi air macak-macak dengan ketinggian 2 – 3 cm
  • Gulma yang terlalu dekat dengan tanaman dicabut dengan tangan
  • Dilakukan dua arah yaitu diantara dan di dalam barisan tanaman.
Pengendalian gulma atau penyiangan secara manual hanya efektif dilakukan apabila air di petakan sawah dalam kondisi macak-macak atau tanah jenuh air. Jika kondisi tidak memungkinkan dilakukan penyiangan/pengendalian gulma secara manual dan populasi gulma sudah tinggi maka pengendalian gulma dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida.
H. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu (PHT)
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT) merupakan suatu pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alam dan tidak menimbulkan kerugian yang besar.
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan perpaduan berbagai cara pengendalian hama dan penyakit diantaranya dengan melakukan monitoring populasi hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat menjadi lebih tepat.
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) dapat dilakukan dengan menggunakan strategi diantaranya :
  • Gunakan varietas tahan hama dan penyakit
  • Tanam tanaman yang sehat
  • Memanfaatkan musuh alami
  • Pengendalian secara mekanik (menggunakan alat) dan fisik (menangkap)
  • Penggunaan pestisida hanya jika diperlukan dan dilakukan tepat sesuai dosis, sasaran dan waktu.
I. Panen dan Pasca Panen
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah sangat memperhatikan proses penanganan panen dan pasca panen. Panen dan pasca panen harus ditangani secara baik dan benar karena penanganan panen dan pasca panen yang tidak baik dan benar dapat menyebabkan kehilangan hasil 4 – 18 %.
Untuk mendapatkan butir padi dan beras dengan kualitas baik perlu memperhatikan ketepatan waktu panen. Panen terlalu cepat dapat menimbulkan prosentase butir hijau tinggi yang berakibat sebagian butir padi tidak berisi atau rusak saat digiling. Panen terlambat menyebabkan hasil berkurang karena butir padi mudah lepas dari malai dan tercecer di sawah atau beras pecah saat digiling.
Umur tanaman padi mungkin berbeda antara varietas satu dengan varietas yang lainnya sehingga hal ini juga perlu diperhatikan. Hitung sejak padi berbunga biasanya panen dilakukan pada 30 s/d 35 hari setelah padi berbunga. Jika malai telah menguning 95 % segera lakukan pemanenan.
Panen dilakukan dengan cara memotong padi menggunakan sabit bergerigi 10 – 15 cm dari atas permukaan tanah atau dari pangkal malai jika akan dirontok dengan power thresser. Panen sebaiknya dilakukan secara berkelompok (15 – 20 orang) yang dilengkapi dengan alat perontok. Dengan cara ini maka tingkat kehilangan hasil pada saat panen dapat dikurangi.
Gunakan plastik atau terpal sebagai alas padi yang baru dipotong dan ditumpuk sebelum dirontok. Sesegera mungkin padi dirontokan, apabila panen dilakukan pada waktu pagi hari sebaiknya sore harinya segera dirontokkan karena perontokkan yang dilakukan lebih dari dua hari dapat menyebabkan kerusakan beras.
Perlu diperhatikan juga jika perontokkan padi dilakukan dengan cara tradisional (di-gepyok) maka gunakan alas dari plastik atau terpal yang lebarnya mencukupi dan bagian pinggir plastik atau terpal dilipat keatas yang berfungsi sebagai dinding untuk menahan butir padi terlempar keluar dari alas sehingga dapat mengurangi kehilangan hasil.
Proses selanjutnya adalah penanganan pasca panen. Gabah yang sudah dirontokkan dijemur di atas lantai jemur atau jika tidak ada bisa menggunakan terpal. Gabah dijemur dengan ketebalan 5 – 7 cm dan dilakukan pembalikan setiap 2 jam sekali hingga kering. Gabah kering jika tidak langsung digiling harus disimpan di tempat yang bersih dalam lumbung/gudang yang bebas hama dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Gabah yang akan dikonsumsi agar diperoleh beras dengan kualitas baik disimpan dengan kadar air 14 %. Sedangkan gabah yang akan digunakan sebagai benih disimpan dengan kadar air 12 %.
Gabah yang akan disimpan dalam waktu lama harus memiliki kadar air yang lebih rendah. Untuk penyimpanan 4 – 6 bulan gabah harus memiliki kadar air 12 % dan apabila disimpan selama 7 – 12 bulan kadar air gabah 11 %.
Yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan gabah adalah tempat penyimpanan dan wadah yang digunakan untuk mengemas gabah. Gudang atau tempat penyimpanan harus bersih dari kotoran dan hama, dapat melindungi gabah dari hama seperti tikus dan memiliki sirkulasi udara yang baik.
Wadah pengemas dapat menggunakan kemasan karung, kemasan plastik dan kemasan yute. Kemasan harus dapat melindungi gabah dari hama, kerusakan fisik terhadap goncangan dan mudah dipindahkan. Simpan gabah dengan ditata rapi secara bertumpuk dan mendapatkan sirkulasi udara yang baik. Sebaiknya kemasan atau karung disimpan tidak langsung menempel pada dinding karena dapat mempengaruhi kelembaban padi dalam kemasan.
Pencegahan dan pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara fumigasi. Penggunaan insektisida jangan langsung disemprotkan pada butiran gabah karena dapat mempengaruhi kualitas gabah.
Gabah yang sudah disimpan jika akan digiling diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum digiling untuk menghindari butir beras pecah.

PENUTUP
Sekali lagi PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah bukan bersifat teknologi tetapi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam usaha meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam usaha usaha tani padi.
Pada prinsipnya PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) lebih bersifat spesifik lokasi dan partisipatif sehingga semua teknis yang telah diuraikan di atas tidak harus mutlak untuk diterapkan di seluruh daerah. Petani di tiap-tiap dengan didampingi tenaga teknis dari instansi terkait dapat memilih sendiri komponen teknologi yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi lingkungan setempat.
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) padi sawah diterapkan dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman padi dengan menerapkan efisiensi dan efektifitas dalam usaha tani padi sawah dengan memperhatikan sumber daya alam, kearifan lokal dan kelestarian lingkungan hidup.
Akhirnya supaya penerapan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) dalam budidaya padi sawah dan usaha tani lainnya dapat berjalan dengan baik dan benar maka diperlukan kerjasama dan bimbingan yang intensif dari semua pihak yang terkait demi terwujudnya peningkatan produksi beras nasional dalam menunjang ketahanan pangan dan swasembada beras pada khususnya.
Sumber pustaka :
Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Usaha Tani Padi Dengan Pendekatan PTT, Jakarta : Kementerian Pertanian, 2011
Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Budidaya Padi, Jakarta : BPSDM Pertanian, 2011
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Petunjuk Teknis PTT Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah, Semarang : Set – BAKORLUH Jawa Tengah, 2010
Penatanian.Blogspot.COM, Tata Cara Penyimpanan, Pengemasan maupun Pelabelan Gabah atau Beras Secara Baik dan Benar, 2011

DOWNLOAD VIDEO YOUTUBE VIA HP

Banyak diantara orang yang hobbi berselancar di dunia maya hobbi surfing youtube via HP terkadang kita ketemu dengan Video yang kita anggap paling penting tapi tidak bisa mendownload kini Ane kasih tahu cara mendownload Video Youtube.com dari Handphone.

Dibawah ini Situs yang dapat Saudara Kunjungi dan langsung bisa download.

http://vkwap.com/ytube/

http://vuclip.com

http://tubezen.mobi

http://tubidy.com

http://Youtubemyway.net

http://yayaa.mobi

http://3gpsearch.com

http://mobtube.info


Selamat menikmati  Gan Download Gratisnya.

Selasa, 03 September 2013

Teknik Pengujian Daya Kecambah Benih Padi (Oryza Sativa) Yang Diberi Perlakuan KNO3.0,2% Dengan Metode Pkdp (Pada Kertas Gulung Dalam Plastik)

BAB I
PENDAHULUAN

 1.1.Lata Belakang


Padi adalah salah satu komoditi pertanian yang lama dikenal masyakat sejak lama,saat revolusi hijau dan adopsi teknologi padi moderen dapat menciptakan varietas yang baru ( Sisworo, 2006 ). Tanaman padi dibudidayakan sebagai tanaman pangan utama. Keadaan iklim, struktur tanah dan air setiap daerah berbeda maka dari itu setiap tanaman di daerah berbeda juga. Perbedaan jenis padi umumnya terletak pada, usia tanaman, jumlah hasil, mutu beras, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Kualitas jenis padi pada beberapa dasawarsa yang lalu umumnya rendah pada daerah – daerah petanian. Upaya peningkatan produk tanaman padi terus dilakukan diantaranya dengan penyilangan padi untuk mendapatkan jenis bibit padi varietas baru yang unggul.
Yang dimaksud dengan bibit unggul, ialah bibit padi yang telah diuji coba dan menunjukkan bermacam – macam keunggulan jika dibandingkan dengan jenis lain. Kelebihan – kelebihan bibit padi varietas unggul antara yang lain : umurnya pendek hasilnya banyak, tahan tehadap hama dan penyakit ( Yandianto, 2003 ). Tehadap jenis padi yang baru masyarakat Indonesia tentu tidak menerimanya begitu saja. Varietas ungul yang dimasyaratkan terlebih dahulu diuji coba dan jika hasilnya dianggap baik barulah disebarkan ke masyarakat melalui dinas pertanian. Bibit yang unggul didapat kan dari benih yang unggul.
Menurut Ance ( 2003 ), benih bermutuh ialah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul. benih berkualits unggul memiliki daya tumbuh yang lebih dari 95% dengan ketentuan – ketentuan sebagai berikut : (a), memiliki viabilitas atau dapat mempetahankan kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik ( berkecambah , tumbuh dengan normal, merupakan tanaman yang menghasilkan benih yang matang ). (b), Memiliki kemurnian ( Tueness seeds ), artinya terbebas dari kotoran, terbebas dari benih jenis tanaman lain, terbebas dari benih varietas lain dan terbebas pula dari biji herba serta hama dan penyakit.
Benih yang bermutu dapat diuji dengan daya kecambah. Daya kecambah dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian – bagian penting dari embrio, suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya tumbuh atau daya berkecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, beberapa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan. Yang dimaksud dengan kemampuan tumbuh secara normal yaitu dimana perkecambahan benih tersebut menunjukkan kemampuan untuk tumbuh yang baik dan normal ( Ance, 2003 )
Pengujian daya tumbuh atau daya kecambah hendaknya dilakukan pada benih yang murni. Pengujian daya kecambah ini dapat dilakukan degan memanfaatkan subtrat kertas dan pasir. Dengan metode yang dilakukan Pada kertas gulung dalam plastik ( PKDp ), Antar kertas (AK ), Pada kertas ( PK ) , Pada pasir ( PP ) , Dalam pasir ( DP ). Pada kerja praktek teknik pengujian daya kecambah hanya menggunakan metode Pada Kertas Gulung Dalam Plastik ( PKDp ). Dalam pengujian ini digunakan larutan KNO3 dengan konsentrasi 0, 2 %, sebagai pengganti air yang digunakan untuk kelembaban subtrat kertas dan dapat merangsang pertumbuhan perkecambahan serta dapat memecah dormansi benih.


1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana teknik pengujian daya kecambah benih padi ( Oriza sativa ) yang diberi perlakuan KNO3.0,2% dengan metode PKDp ( pada kertas gulung dalam plastik )


13. Tujuan Praktikum


Kerja Praktek ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengujian daya kecambah benih padi ( Oryza sativa ) yang diberi perlakuan KNO3.0,2% dengan metode PKDp ( pada kertas gulung dalam plastik )


1.4. Batasan Masalah


Kerja praktek ini hanya dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut :
1. Benih yang diambil dari benih pokok ( BP ) Varietas Mekongga
2. Media yang digunakan adalah kertas filter
3. Pengamatan dilakukan pada terhadap persentase kecambah normal, kecambah ab-normal, benih mati dan benih segar tidak tumbuh.
4. Metode yang digunakan adalah metode PKDp
5. Potasium nitrat ( KNO3 ) dengan konsentrasi 0,2 %.


1.5. Manfaat


Kerja Prktek ini bermanfaat untuk memberikan informasi pada masyarakat bagaimana cara teknik pengujian daya kecaambah benih padi ( Oriza sativa ) yang diberi perlakuan KNO3.0,2% dengan metode PKDp ( pada kertas gulung dalam plastik )

 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Padi

Padi ( Oryza sativa ) termasuk suku rumput – rumputan dan berakar serabut. Padi beranak melalui tunas yang tumbuh dari pangkal batang sehingga membentuk rumpun. Setiap batang padi pada umumnya dapat beranak lebih dari satu baying. Tetapi tidak semua dari anak padi ini menghasilkan buah padi yang berkualitas, dalam arti untuk digunakan sebagai bibit. Tanaman padi bekembang biak dengan biji, artinya dapat ditanam dengan bijinya. Tetapi penanaman dengan biji sulit dilakukan. Oleh karena itu untuk memudahkan penanaman bibit padi harus disemai terlebih dahulu.Padi yang dijadikan bibit harus dipilih dari malai dan biji yang baik. Hal ini dimaksudkan agar tanaman padi benar – benar tanaman yang sempurna. Jadi langka yang penting dalama pembibitan adalah seleksi. Kegagalan dalam seleksi terhadap bibit padi berakibat kegagalan dalam produksi padi, sebab hanya bibit padi yang baik menghasilkan malai yang baik ( Wiryani, 1967 ).
Biji padi yang baik dan dapat dijadikan bibit menurut Yandianto ( 2003 ) paling tidak harus memenuhi syarat – syarat berikut : ( a ) Buah dari tanaman utama ( induk ), ( biji benar – benar tua dan masak ), ( c ) Biji kering dan kadar air minimal, ( d ) Biji berisi padat dan tidak hampa, ( e ) kulit biji baik dan tidak rusak., ( f ) Biji sehat dalam arti tidak rusak oleh hama.
Untuk memperoleh bibit padi yang memenuhi syarat dilakukan seleksi berkali – kali. Langkah – langkah seleksi meliputi : ( 1 ) memiliki malai dari batang utama, ( 2 ) seleksi lanjutan, ( 3 ) seleksi akhir.
Bibit padi yang akan dijadikan bibit dalam dunia pertanian disebut benih. Benih memerlukan persyaratan / kondisi lingkungan tertentu untuk dapat tumbuh menjadi bibit/tanaman normal.

2.2. Pesyaratan Tumbuh

Benih memerlukan persyaratan / kondisi lingkungan tertentu untuk dapat tumbuh menjadi bibit / tanaman normal. Persyaratan tumbuh yang paling penting adalah :
a. Substrat / media tumbuh
Bahan yang dapat digunakan sebagai subtrat / media tumbuh adalah kertas, pasir, tanah, atau bahan yang lainnya seperti sabut kelapa,serbuk gergaji, dan lain – lain. Tanah dan bahan yang lain sangat beragam sehingga sulit distandarkan. Pemilihan penggunaan media kertas atau pasir tergantung pada ukuran benih dan kemudahan dalam pelaksanaan pengujiannya.
b.Air ( Kelembaban )
Subtrat harus lembab tetapi tidak terlalu basah. Pada subtract pasir kelembaban diatur 50% untuk serella selain jagung ( padi, sorgum, gandum, dan sebagainya ), dan 60% untuk jagung atau biji lainnya yang beukuran hampir sama dengan jagung dan biji kacang – kacangan berukuran besar. Kelembaban harus di pertahankan selama jangka waktu pengujian dengan jalan mengatur kelembaban udarah ruangan dimana subtrat tersebut ditempatkan diantara 90 – 95% atau melakukan penyinaran apabila diperlukan. Air yang digunkan untuk pengujian harus air tawar atu air bersi, pH antara 6,5 – 7 ( tidak asam dan tidak basa ), tidak tercemar oleh bahan kimia atau jasad renik.
c. Suhu
Suhu optimum untuk tumbuh diperlukan oleh suatu jenis benih dapat merupakan suhu tetap atau suhu berganti. Beberapa spesies tumbuh dengan baik pada suhu tetap 20oC, sedangkan beberapa spesies lainnya tumbu pada suhu berganti antara 20 – 30oC . Dalam menggunakan suhu tetap, variasi yang timbul selama jangka waktu pengujian tidak boleh lebih dari dan kurang dari 1oC untuk setiap 24 jam. Sedangkan dalam penggunaan suhu berganti maka suhu paling rendah diatur konstan selama 16 jam dan suhu yang lebih tinggi selama 8 jam. Bila penggantian suhu tidak dilaksanakan, maka suhu yang digunakan ialah suhu yang paling rendah.
d. Cahaya
Tidak semua jenis benih memerlukan cahaya untuk tumbuh. Bagi benih yang memerlukan panjang penyinaran tertentu selama jangka waktu pengujian, maka baik cahaya alam atau buatan harus diatur dengan intensitas yang merata sedemikian rupa sehingga panas yang timbul tidak dipengaruhi suhu yang telah ditetapkan. Cahaya tersebut harus diberikan selama 8 jam setiap 24 jam, sedangkan pada benih yang memerlukan suhu berganti penyinaran dilakukan pada suhu tinggi. Bagi setiap tanaman dibutuhkan intensitas cahaya antara 750 sampai 1,250 Lux.2.3.

2.3. Perkecambahan

Menurut seorang ahli fisiologi tanaman, yang dimaksud dengan perkecambahan benih adalah pertumbuhan aktif embrio yang berakibat pecahnya kulit benih ( Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2005 ).
Perkecambahan benih dalam skala laboratorium adalah muncul dan berkembangnya kecambah sampai ketingkat dimana kecambah tersebut dapat berkembang menjadi semai sehat pada kondisi yang obtimal dalam periode waktu tertentu ( Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2002 ).
Biji akan berkecambah setelah mengalami masa dormanyang dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal seperti embrio masi berbentuk rudiment atau belum masak ( dari segi fisiologis ), kulit biji yang tahan atau impermeable, atau adanya penghambat tumbuh ( Pedoman Praktikum Balai Pembenihan Tanaman Sumatera Selatan ).
Hidayat (1995), menambahkan perkecambahan sesunggunya adalah pertumbuhan embrio yang dimulai kembali setelah penyerapan air atau imbibisi. Pada waktu imbibisi kandungan air meningkat, mula – mula cepat. Kemudian lebih lambat. Jaringan bermetabolisme secara aktif. Enzim yang telah ada diaktifkan kembali dan protein baru dengan kegiatan enzim baru disintesis untuk mencerna dan mengunakan berbagai bahan cadangan yang tersimpan. Pembelahan dan perluasan sel dimulai dan berjalan menurut pola yang telah diprogramkan. Program tersebut memerlukan air dan zat gizi secara terus menerus. Sebelum embrio menjadi kecambah mandiri, ia menggunakan makanan tersimpan dalam endosperm dan dalam selnya sendiri.

2.4. Teknik Pengujian Perkecambahan

Menurut Ance ( 2003 ), teknik pengujiaan daya kecambah dapat dilakukan dengan beberapa metode diantarnya ialah sebagai berikut :
1. Pengujian Pada Kertas Digulung Dalam Plastik ( PKDp )
Dalam pengujian ini digunakan beberapa lembar kertas substratum yang dibasahi secukupnya, misalnya, 5 lembar kertas subtrtum, yang selanjutnya dihamparkan diatas alas plastik, benih – benih yang akan diuji, misalnya 100 biji benih, ditata dan ditanam secaraa teratur pada kertas kertas tersebut. Bisanya dari 8 lembar substratum tersebut diambil 3 lembar yang berisi benih, yang selanjutnya diguluh beserta alasnya dan dimasukan kedalam bak bagi perkecmbahan. Dalam keadaan demikian kelembaban tetap harus terjaga selama pengujian berlangsung.
2. Pengujian Antar Kertas ( AK )
Dalam pengujian ini digunakan kertas substratum seperti diatas, selanjutnya biji benih yang akan diuji ( jika ukurannya sebesar benih padi sebanyak 100 butir, tetapi jika ukuran benihnya sebesar biji jagung cukup 50 butir saja ) ditata dan ditanam setengah bagian kertas substratum, kemudian dilipat dengan baik agar biji – bijian benih tidak keluar masukkan kedalam bak bagi perkecambahan dengan diperhatikan agar substratum tetap terpelihara.


3.Pengujian Pada Kertas ( PK )
Dalam pengujian ini kertas – kertas dibuat seukuran cawan Petri (sebanyak 5 lembar) dibasahi dan diletakkan pada cawan Petri tersebut. Selanjutnya biji – biji benih yang akan diuji ditempatkan diatasnya . Selanjutnya tutup cawan Petri dengan pasangannya dan masukkan kedalam bak bagi perkecambahan dengan kelembaban yang terpelihara.
3. Pengujian Pada Pasir ( PP )
Bak kayu atau kotak diisi dengan pasir yang telah dibebaskan dari segalah kotoran, kemudian dinbasakan secukupnya. Tanam sekitar 400 butir benih dalam 4 kali ulangan, selanjutnyaa disusun pada rak – rak yang tersedia, kelembaban substratum agar terpelihara selama pengujian.
4. Pengujian Dalam Pasir ( DP )
Perlakuan – perlakuan seperti pada pengujian PP sama dilakukan dalam pengujian ini perbedaan terletak pada penutupan benih. Pengujian PD ini benih – benih setelh ditanam harus ditutup dengan pasir setebal 1 – 2 cm. Kelembaban substratum tetap harus di pelihara dengan baik.

2.5. Perkembangan Kecambah

Peristiwa penting dalam diferensiasi embrio selama perkecambahan ialah : Dimulai dari perkembangan sel pengangkut dalam pro cambium. Waktu perkembangan jaringan pembuluh berkaitan dengan berbagai peristiwa fisiologi. Dalam keping biji, metabolisme diaktifkan dan dikendalikan oleh rangsangan diri sumbu embrio. Gerakan rangsangan tersebut nanpaknya jatu bersamaan dengan terjadinya hubungan vascular antara sumbuh dengan keping biji tambah Tortora (1987 ).
Menurut Heddy ( 1990 ), baik pada monokotil maupun dikotil, Perkecambahan dapat berjenis hypogeal, dengan keping atau kedua keping biji terbungkus oleh kulit biji dan tetap berada di dalam tanah. Pada jenis perkecambahan epigeal keping biji terangkat keatas permukan tanah oleh sumbuh embrio yang memanjang. Pada perkecambahan hypogeal biji serta skulentum tetap berada dibawah permukaan tanah. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang dan menembus perikarp dan kemudian akan menembus koleoriza. Di ujung lain pada biji pucuk yang diselubungi oleh koleoptil muncul. Kesatuan itu di dorong keatas oleh ruas ( internodus ) pertama, namun pada gandum pucuk terangkat hanya dengan pertumbuhan ruas ( internodus ), kedua, ruas diatas nodus koleoptil ( Hidayat, 1995 ).

2.6. Evaluasi Perkecambahan

Direktur jendral tanaman pangan ( 2005), menyatakan jika kecambah telah mencapai fase perkembangan tertentu, benih yang di uji akan di evaluasi berdasarkan struktur penting dan dikatagorikan sebagai kecambaah normal atau abnormal. Terkadang di perlukan dua atau lebih perhitungan ulang secara berturut – turut, sebelum semua benih berkecaambah dan mencapai fase perkembangan yang dikehendaki. Kecambah yang tidak cukup berkembang, lemah, tidak seimbang, cacat dan rusak., tetap ditinggalkan sampai perhitungan terakhir. Apabila terdapat keraguan atau sejumlah besar kecambah belum normal, peraturan ISTA memperkenankan periode pengujian untuk diperpanjang. Kecambah yang busuk atau bercendawan dikeluarkan pada pengamatan dan perhitungan antara, agar mengurangi resiko infeksi sekunder.
Untuk evaluasi perkecambahan dapat dibagi menjadi 4 katagori yang harus diperhatikan ( Direktorat Jendral Tanaman Hortikultur Departemen Pertanian, 2006 ), antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kecambah normal, kecambah yang memiliki semua struktur kecambah penting yang berkembang dengan baik, seperti akar semi primer dan semi skunder terlihat jelas.
2. Kecambah abnormal, kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecaambah normal. Yang tergolong kecambah tidak normal seperti, kecambah rusak, kecanbah cacat atau tidak seimbang, kecambah busuk dan kecambah lambat.
3. Benih mati, benih yang sampai akhir pengujian tidak keras, tidak segar dan tidak berkecambah.
4. Benih segar tidak tumbuh, benih selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat mempunyai potensi tumbuh menjal. 

BAB III
METODE PELAKSANAAN

 3.1. Waktu dan Tempat

Kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 05 November sampai 08 desember 2008, bertempat di Laboratorium Balai Pembenihan Tanaman Sumatera Selatan di JL. Kol. H. Barlian No. 75 KM. 6 Palembang.

3.2. Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan dalam Kerja Praktek dalam penguk
uran daya kecambah adalah pinset, cutter, bak perendaman kertas, germinator dan bahan – bahan yang digunakan antara lain : KNO30,2%, kertas filter, benih padi ( Oriza sativa )

3.3. Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan kertas filter sebanyak 8 lembar dengan 28 cm x 21,5 cm dan
2. Siapkan benih benih dengan ukuran yang sama sebanyak 800 biji untuk 8 ulangan, masing – masing ulangan disemai sebanyak 100 biji.
3. Lalu kertas dan benih direndam dalam bak perendaman yang telah terisi larutan KNO3 0,2 % sebanyak 1 liter selama 24 jam, lalu diangkat.
4. Kemudian benih yang telah direndam diangkat, lalu dicuci sampai bersih dengan air atau aquadest sebanyak 3 kali.
5. Setelah dicuci barulah benih siap disemai diatas kertas filter tadi dan masukan kedalam germinator dengan suhu 27o C.
6. Amati perkecambahan, pada hari ke -14 setelah tanam.
7. Dicatat hasil pengamaatan dari kecambah normal, abnormal, mati dan benih segar tidak tumbuh.
8. Kemudian hitung persentase kecambah

3.4. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kuantatif dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Persentase kecambah normal =
Persentase kecambah abnormal =
Persentase Benih mati
Persentase Benih segar tidak tumbuh =


3.5. Parameter Pengamatan

parameter yang akan diamati adalah sebagai berikut :
1. Persentase kecambah normal
Persentase kecambah normal diperoleh dengan mencatat jumlah kecambah yang tumbuh normal dengan kreteria sebagai berikut : tumbuhnya akar semi sekunder dan semi primer
2. Persentase kecambah abnormal
Persentase kecambah abnormal diperoleh dengan memcatat jumlah kecambah abnormal yang tumbuh dengaan kreteria sebagai berikut : Kecambah rusak, kecambh cacat, kecmbah lambat,
3. Persentse benih mati
Persentse benih mati diperoleh dari jumlah benih mati dengan kreteria sebagai berikut : benih mati, dan benih busuk.
4. Persentase benih segar tidak tumbuh
Persentase benih segar tidak tumbuh diperoleh dari jumlah benih segar tidak tumbuh dengan kreteri benih tetap keras sampai khir pengujian.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
 4.1. Hasil

Dari kerja praktek ini diperoleh hasil berupa data persentase kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati dan benih segar tidak tumbuh, yang diberi perlakun KNO3 dengan metode PKDp yang disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
Tabel 1. Persentase kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati dan benih segar tidak tumbuh dengan teknik uji daya kecambah benih padi yang diberi perlakuan KNO3 0,2 % dengn metode PKDp

No Benih Ulangan Persentase kecambah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Benih normal 72 75 77 80 86 85 89 77 80.13%
2 Benih abnormal 9 5 8 8 2 5
0 4 5,12%
3 Benih mati 6 2 8 4 2 4 3 3 4,00%
4 Benih segar tidak tumbuh 13 18 7 8 10 6 8 15 10,75 %
Total 100%

4.2.Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari teknik uji daya kecambah benih padi (Oriza sativa ) yang diberi perlakuan KNO3 dengan metode PKDp dapat dikelompokan kecambah yang normal, kecmbah abnormal, mati dan benih segar tidak tumbuh. Dari seluru benih yang dikecambahkan, diperoleh persentase kecambah normal 80,13 %, kecambah abnormal 5,12 %,Benih mati 4,00 %, dan benih segar tidak tumbuh 10,75 %.
Berdasarkan persentase kecambah diatas menunjukkan bahwa benih padi yang direndam dengan KNO3 0,2 % memiliki daya kecambah yang tinggi hal ini sesuai dengan pernyataan Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2005.
Tingginya daya kecambah padi karena larutan KNO3 0,2% yang digunakan dalam perkecambahan dapat merangsang pertumbuhan dengan cara memeca dormansi, dan digunakan sebagai pengganti air untuk kelembaban subtrat.
KNO3 , merupakan gabungan dua unsur esensial yaitu potasium ( K ) dan Nitrat (NO3) , dimana potasium ( K ) adalah salah satu dari tiga serangkai pupuk buatan yang esensisal yang lainnya adalah fosfor dn nitrogen ( Skinner, 1984 ) dan merupakan satu dari unsur kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi tanaman serta sering dianggap sebagai regulator karena bergabungnya dengan 60 sistem enzim yang bekerja pada tanaman ( CPHA, 2003 ). Potasium (K) membantu tanaman untuk tahan terhadap pengaruh suhu dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Sedangkan Nitrat (NO3) adalah larutan yang sangat cepat diserap tumbuhan. Jika Potasium (K) dan Nitrat (NO3) bergabung, kedua unsur ini menjadi larutan KNO3 yang saangat efektif dalam merangsang perkecambahan benih dorman, pertumbuhan perkecambahan dan dapat memecah dormansi benih, serta larutan 0,2 % KNO3 berfungsi sebagai pengganti air dan digunakan untuk kelembaban subtrat. 

 
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan 

Berdasarkan hasil Kerja Praktek yang telah dilaksanakan di Laboratorium Balai Pembenihan Tanaman Sumatra Selatan sebagai berikut :
1. Pengujian daya kecambah benih padi ( Oriza sativa ) dapat dilakukan dengan larutan KNO3 0,2 % dengan metode PKDp.
2. Benih padi yang direndam dalam KNO3 menghasilkan persentase kecambah normal 80, 13%

5.2. Saran

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan akurat maka diharapkan untuk melakukan uji perkecambahan dengan menggunakan larutan selain KNO3
.


DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Tanaman Hortikultur Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Laboratorium Tanaman Pangan dan Hortikultur.

Derektorat Jendral Tanaman Pangan. 2005. Evaluasi Kecambah Pengujian Daya Kecambah. Depok . Jawa barat

Direktorat pembenihan tanaman hutan. 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik – Fisiologi Benih. Jakarta

Heddy, G. 1990. BIologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Hidayat, E. B. 1995. Anatomi tumbuhan berbiji. ITB. Bandung
http://www.emailcashpro.com/?r=ghozian
Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta

Tortora, G. J. 1987. Principles of Anatomy and Physiologi. New York. Harper and Row

Yandiant. 2003. Bercocok Taanam Padi. Penerbit M2S. Bandung.
Wiryani. 1967. Padi. Rinjani. Solo
 
LAMPIRAN

Lampiran 1.
Tabel perhitungan jumlah kecambah yang tumbuh
No Benih Ulangan Jumlah kecambah yang tumbuh
1 2 3 4 5 6 7 8
 
1  Benih normal 72 75 77 80 86 85 89 77 641

2  Benih abnormal 9 5 8 8 2 5 0 441

3  Benih mati 6 2 8 4 2 4 3 3 32

4  Benih segar tidak tumbuh 13 18 7 8 10 6 8 16 86
Total 100 800

Lampiran 2.
Tabel 1. Persentase kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati dan benih segar tidak tumbuh dengan teknik uji daya kecambah benih padi yang diberi perlakuan KNO3 0,2 % dengn metode PKDp

No Benih Ulangan Persentase kecambah
1 2 3 4 5 6 7 8


1 Benih normal 72 75 77 80 86 85 89 77 80.13%
2 Benih abnormal 9 5 8 8 2 5 0 4 5,12%
3 Benih mati 6 2 8 4 2 4 3 3 4,0%
4 Benih segar tidak tumbuh 13 18 7 8 10 6 8 16 10,75%
Total 100%

Lampiran 2. Gambar perkecambahan benih padi ( Oryza sativa )

A. Perkecambahan pada kertas B. Kecambah siap dihitung
gulung

C. Kecambah Normal D. Kecambah Abnormal

E. Benih Mati F. Benih Segar tidak Tumbuh

LINKS

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Untuk Visitor Yang Berminat Berinvestasi Di Pertambangan Silahkan Saudara/i Kunjungi Website Kami http://ahmad-tarmizi.blogspot.com/ Kami SiapMelayani Anda Thanks.