BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Lata Belakang
Padi adalah salah satu komoditi pertanian yang lama
dikenal masyakat sejak lama,saat revolusi hijau dan adopsi teknologi
padi moderen dapat menciptakan varietas yang baru ( Sisworo, 2006 ).
Tanaman padi dibudidayakan sebagai tanaman pangan utama. Keadaan iklim,
struktur tanah dan air setiap daerah berbeda maka dari itu setiap
tanaman di daerah berbeda juga. Perbedaan jenis padi umumnya terletak
pada, usia tanaman, jumlah hasil, mutu beras, dan ketahanan terhadap
hama dan penyakit. Kualitas jenis padi pada beberapa dasawarsa yang
lalu umumnya rendah pada daerah – daerah petanian. Upaya peningkatan
produk tanaman padi terus dilakukan diantaranya dengan penyilangan padi
untuk mendapatkan jenis bibit padi varietas baru yang unggul.
Yang
dimaksud dengan bibit unggul, ialah bibit padi yang telah diuji coba dan
menunjukkan bermacam – macam keunggulan jika dibandingkan dengan jenis
lain. Kelebihan – kelebihan bibit padi varietas unggul antara yang lain :
umurnya pendek hasilnya banyak, tahan tehadap hama dan penyakit (
Yandianto, 2003 ). Tehadap jenis padi yang baru masyarakat Indonesia
tentu tidak menerimanya begitu saja. Varietas ungul yang dimasyaratkan
terlebih dahulu diuji coba dan jika hasilnya dianggap baik barulah
disebarkan ke masyarakat melalui dinas pertanian. Bibit yang unggul
didapat kan dari benih yang unggul.
Menurut Ance ( 2003 ), benih
bermutuh ialah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang
berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul. benih berkualits unggul
memiliki daya tumbuh yang lebih dari 95% dengan ketentuan – ketentuan
sebagai berikut : (a), memiliki viabilitas atau dapat mempetahankan
kelangsungan pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik ( berkecambah ,
tumbuh dengan normal, merupakan tanaman yang menghasilkan benih yang
matang ). (b), Memiliki kemurnian ( Tueness seeds ), artinya terbebas
dari kotoran, terbebas dari benih jenis tanaman lain, terbebas dari
benih varietas lain dan terbebas pula dari biji herba serta hama dan
penyakit.
Benih yang bermutu dapat diuji dengan daya kecambah. Daya
kecambah dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian – bagian
penting dari embrio, suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk
tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian
pengujian daya tumbuh atau daya berkecambah benih ialah pengujian akan
sejumlah benih, beberapa persentase dari jumlah benih tersebut yang
dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan.
Yang dimaksud dengan kemampuan tumbuh secara normal yaitu dimana
perkecambahan benih tersebut menunjukkan kemampuan untuk tumbuh yang
baik dan normal ( Ance, 2003 )
Pengujian daya tumbuh atau daya
kecambah hendaknya dilakukan pada benih yang murni. Pengujian daya
kecambah ini dapat dilakukan degan memanfaatkan subtrat kertas dan
pasir. Dengan metode yang dilakukan Pada kertas gulung dalam plastik (
PKDp ), Antar kertas (AK ), Pada kertas ( PK ) , Pada pasir ( PP ) ,
Dalam pasir ( DP ). Pada kerja praktek teknik pengujian daya kecambah
hanya menggunakan metode Pada Kertas Gulung Dalam Plastik ( PKDp ).
Dalam pengujian ini digunakan larutan KNO3 dengan konsentrasi 0, 2 %,
sebagai pengganti air yang digunakan untuk kelembaban subtrat kertas
dan dapat merangsang pertumbuhan perkecambahan serta dapat memecah
dormansi benih.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana teknik pengujian
daya kecambah benih padi ( Oriza sativa ) yang diberi perlakuan
KNO3.0,2% dengan metode PKDp ( pada kertas gulung dalam plastik )
13. Tujuan Praktikum
Kerja
Praktek ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengujian daya kecambah
benih padi ( Oryza sativa ) yang diberi perlakuan KNO3.0,2% dengan
metode PKDp ( pada kertas gulung dalam plastik )
1.4. Batasan Masalah
Kerja praktek ini hanya dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut :
1. Benih yang diambil dari benih pokok ( BP ) Varietas Mekongga
2. Media yang digunakan adalah kertas filter
3. Pengamatan dilakukan pada terhadap persentase kecambah normal, kecambah ab-normal, benih mati dan benih segar tidak tumbuh.
4. Metode yang digunakan adalah metode PKDp
5. Potasium nitrat ( KNO3 ) dengan konsentrasi 0,2 %.
1.5. Manfaat
Kerja
Prktek ini bermanfaat untuk memberikan informasi pada masyarakat
bagaimana cara teknik pengujian daya kecaambah benih padi ( Oriza sativa
) yang diberi perlakuan KNO3.0,2% dengan metode PKDp ( pada kertas
gulung dalam plastik )
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Padi
Padi ( Oryza sativa ) termasuk suku rumput – rumputan dan berakar serabut. Padi beranak melalui tunas yang tumbuh dari pangkal batang sehingga membentuk rumpun. Setiap batang padi pada umumnya dapat beranak lebih dari satu baying. Tetapi tidak semua dari anak padi ini menghasilkan buah padi yang berkualitas, dalam arti untuk digunakan sebagai bibit. Tanaman padi bekembang biak dengan biji, artinya dapat ditanam dengan bijinya. Tetapi penanaman dengan biji sulit dilakukan. Oleh karena itu untuk memudahkan penanaman bibit padi harus disemai terlebih dahulu.Padi yang dijadikan bibit harus dipilih dari malai dan biji yang baik. Hal ini dimaksudkan agar tanaman padi benar – benar tanaman yang sempurna. Jadi langka yang penting dalama pembibitan adalah seleksi. Kegagalan dalam seleksi terhadap bibit padi berakibat kegagalan dalam produksi padi, sebab hanya bibit padi yang baik menghasilkan malai yang baik ( Wiryani, 1967 ).
Biji padi yang baik dan dapat dijadikan bibit menurut Yandianto ( 2003 ) paling tidak harus memenuhi syarat – syarat berikut : ( a ) Buah dari tanaman utama ( induk ), ( biji benar – benar tua dan masak ), ( c ) Biji kering dan kadar air minimal, ( d ) Biji berisi padat dan tidak hampa, ( e ) kulit biji baik dan tidak rusak., ( f ) Biji sehat dalam arti tidak rusak oleh hama.
Untuk memperoleh bibit padi yang memenuhi syarat dilakukan seleksi berkali – kali. Langkah – langkah seleksi meliputi : ( 1 ) memiliki malai dari batang utama, ( 2 ) seleksi lanjutan, ( 3 ) seleksi akhir.
Bibit padi yang akan dijadikan bibit dalam dunia pertanian disebut benih. Benih memerlukan persyaratan / kondisi lingkungan tertentu untuk dapat tumbuh menjadi bibit/tanaman normal.
2.2. Pesyaratan Tumbuh
Benih memerlukan persyaratan / kondisi lingkungan tertentu untuk dapat tumbuh menjadi bibit / tanaman normal. Persyaratan tumbuh yang paling penting adalah :
a. Substrat / media tumbuh
Bahan yang dapat digunakan sebagai subtrat / media tumbuh adalah kertas, pasir, tanah, atau bahan yang lainnya seperti sabut kelapa,serbuk gergaji, dan lain – lain. Tanah dan bahan yang lain sangat beragam sehingga sulit distandarkan. Pemilihan penggunaan media kertas atau pasir tergantung pada ukuran benih dan kemudahan dalam pelaksanaan pengujiannya.
b.Air ( Kelembaban )
Subtrat harus lembab tetapi tidak terlalu basah. Pada subtract pasir kelembaban diatur 50% untuk serella selain jagung ( padi, sorgum, gandum, dan sebagainya ), dan 60% untuk jagung atau biji lainnya yang beukuran hampir sama dengan jagung dan biji kacang – kacangan berukuran besar. Kelembaban harus di pertahankan selama jangka waktu pengujian dengan jalan mengatur kelembaban udarah ruangan dimana subtrat tersebut ditempatkan diantara 90 – 95% atau melakukan penyinaran apabila diperlukan. Air yang digunkan untuk pengujian harus air tawar atu air bersi, pH antara 6,5 – 7 ( tidak asam dan tidak basa ), tidak tercemar oleh bahan kimia atau jasad renik.
c. Suhu
Suhu optimum untuk tumbuh diperlukan oleh suatu jenis benih dapat merupakan suhu tetap atau suhu berganti. Beberapa spesies tumbuh dengan baik pada suhu tetap 20oC, sedangkan beberapa spesies lainnya tumbu pada suhu berganti antara 20 – 30oC . Dalam menggunakan suhu tetap, variasi yang timbul selama jangka waktu pengujian tidak boleh lebih dari dan kurang dari 1oC untuk setiap 24 jam. Sedangkan dalam penggunaan suhu berganti maka suhu paling rendah diatur konstan selama 16 jam dan suhu yang lebih tinggi selama 8 jam. Bila penggantian suhu tidak dilaksanakan, maka suhu yang digunakan ialah suhu yang paling rendah.
d. Cahaya
Tidak semua jenis benih memerlukan cahaya untuk tumbuh. Bagi benih yang memerlukan panjang penyinaran tertentu selama jangka waktu pengujian, maka baik cahaya alam atau buatan harus diatur dengan intensitas yang merata sedemikian rupa sehingga panas yang timbul tidak dipengaruhi suhu yang telah ditetapkan. Cahaya tersebut harus diberikan selama 8 jam setiap 24 jam, sedangkan pada benih yang memerlukan suhu berganti penyinaran dilakukan pada suhu tinggi. Bagi setiap tanaman dibutuhkan intensitas cahaya antara 750 sampai 1,250 Lux.2.3.
2.3. Perkecambahan
Menurut seorang ahli fisiologi tanaman, yang dimaksud dengan perkecambahan benih adalah pertumbuhan aktif embrio yang berakibat pecahnya kulit benih ( Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2005 ).
Perkecambahan benih dalam skala laboratorium adalah muncul dan berkembangnya kecambah sampai ketingkat dimana kecambah tersebut dapat berkembang menjadi semai sehat pada kondisi yang obtimal dalam periode waktu tertentu ( Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2002 ).
Biji akan berkecambah setelah mengalami masa dormanyang dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal seperti embrio masi berbentuk rudiment atau belum masak ( dari segi fisiologis ), kulit biji yang tahan atau impermeable, atau adanya penghambat tumbuh ( Pedoman Praktikum Balai Pembenihan Tanaman Sumatera Selatan ).
Hidayat (1995), menambahkan perkecambahan sesunggunya adalah pertumbuhan embrio yang dimulai kembali setelah penyerapan air atau imbibisi. Pada waktu imbibisi kandungan air meningkat, mula – mula cepat. Kemudian lebih lambat. Jaringan bermetabolisme secara aktif. Enzim yang telah ada diaktifkan kembali dan protein baru dengan kegiatan enzim baru disintesis untuk mencerna dan mengunakan berbagai bahan cadangan yang tersimpan. Pembelahan dan perluasan sel dimulai dan berjalan menurut pola yang telah diprogramkan. Program tersebut memerlukan air dan zat gizi secara terus menerus. Sebelum embrio menjadi kecambah mandiri, ia menggunakan makanan tersimpan dalam endosperm dan dalam selnya sendiri.
2.4. Teknik Pengujian Perkecambahan
Menurut Ance ( 2003 ), teknik pengujiaan daya kecambah dapat dilakukan dengan beberapa metode diantarnya ialah sebagai berikut :
1. Pengujian Pada Kertas Digulung Dalam Plastik ( PKDp )
Dalam pengujian ini digunakan beberapa lembar kertas substratum yang dibasahi secukupnya, misalnya, 5 lembar kertas subtrtum, yang selanjutnya dihamparkan diatas alas plastik, benih – benih yang akan diuji, misalnya 100 biji benih, ditata dan ditanam secaraa teratur pada kertas kertas tersebut. Bisanya dari 8 lembar substratum tersebut diambil 3 lembar yang berisi benih, yang selanjutnya diguluh beserta alasnya dan dimasukan kedalam bak bagi perkecmbahan. Dalam keadaan demikian kelembaban tetap harus terjaga selama pengujian berlangsung.
2. Pengujian Antar Kertas ( AK )
Dalam pengujian ini digunakan kertas substratum seperti diatas, selanjutnya biji benih yang akan diuji ( jika ukurannya sebesar benih padi sebanyak 100 butir, tetapi jika ukuran benihnya sebesar biji jagung cukup 50 butir saja ) ditata dan ditanam setengah bagian kertas substratum, kemudian dilipat dengan baik agar biji – bijian benih tidak keluar masukkan kedalam bak bagi perkecambahan dengan diperhatikan agar substratum tetap terpelihara.
3.Pengujian Pada Kertas ( PK )
Dalam pengujian ini kertas – kertas dibuat seukuran cawan Petri (sebanyak 5 lembar) dibasahi dan diletakkan pada cawan Petri tersebut. Selanjutnya biji – biji benih yang akan diuji ditempatkan diatasnya . Selanjutnya tutup cawan Petri dengan pasangannya dan masukkan kedalam bak bagi perkecambahan dengan kelembaban yang terpelihara.
3. Pengujian Pada Pasir ( PP )
Bak kayu atau kotak diisi dengan pasir yang telah dibebaskan dari segalah kotoran, kemudian dinbasakan secukupnya. Tanam sekitar 400 butir benih dalam 4 kali ulangan, selanjutnyaa disusun pada rak – rak yang tersedia, kelembaban substratum agar terpelihara selama pengujian.
4. Pengujian Dalam Pasir ( DP )
Perlakuan – perlakuan seperti pada pengujian PP sama dilakukan dalam pengujian ini perbedaan terletak pada penutupan benih. Pengujian PD ini benih – benih setelh ditanam harus ditutup dengan pasir setebal 1 – 2 cm. Kelembaban substratum tetap harus di pelihara dengan baik.
2.5. Perkembangan Kecambah
Peristiwa penting dalam diferensiasi embrio selama perkecambahan ialah : Dimulai dari perkembangan sel pengangkut dalam pro cambium. Waktu perkembangan jaringan pembuluh berkaitan dengan berbagai peristiwa fisiologi. Dalam keping biji, metabolisme diaktifkan dan dikendalikan oleh rangsangan diri sumbu embrio. Gerakan rangsangan tersebut nanpaknya jatu bersamaan dengan terjadinya hubungan vascular antara sumbuh dengan keping biji tambah Tortora (1987 ).
Menurut Heddy ( 1990 ), baik pada monokotil maupun dikotil, Perkecambahan dapat berjenis hypogeal, dengan keping atau kedua keping biji terbungkus oleh kulit biji dan tetap berada di dalam tanah. Pada jenis perkecambahan epigeal keping biji terangkat keatas permukan tanah oleh sumbuh embrio yang memanjang. Pada perkecambahan hypogeal biji serta skulentum tetap berada dibawah permukaan tanah. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang dan menembus perikarp dan kemudian akan menembus koleoriza. Di ujung lain pada biji pucuk yang diselubungi oleh koleoptil muncul. Kesatuan itu di dorong keatas oleh ruas ( internodus ) pertama, namun pada gandum pucuk terangkat hanya dengan pertumbuhan ruas ( internodus ), kedua, ruas diatas nodus koleoptil ( Hidayat, 1995 ).
2.6. Evaluasi Perkecambahan
Direktur jendral tanaman pangan ( 2005), menyatakan jika kecambah telah mencapai fase perkembangan tertentu, benih yang di uji akan di evaluasi berdasarkan struktur penting dan dikatagorikan sebagai kecambaah normal atau abnormal. Terkadang di perlukan dua atau lebih perhitungan ulang secara berturut – turut, sebelum semua benih berkecaambah dan mencapai fase perkembangan yang dikehendaki. Kecambah yang tidak cukup berkembang, lemah, tidak seimbang, cacat dan rusak., tetap ditinggalkan sampai perhitungan terakhir. Apabila terdapat keraguan atau sejumlah besar kecambah belum normal, peraturan ISTA memperkenankan periode pengujian untuk diperpanjang. Kecambah yang busuk atau bercendawan dikeluarkan pada pengamatan dan perhitungan antara, agar mengurangi resiko infeksi sekunder.
Untuk evaluasi perkecambahan dapat dibagi menjadi 4 katagori yang harus diperhatikan ( Direktorat Jendral Tanaman Hortikultur Departemen Pertanian, 2006 ), antara lain adalah sebagai berikut :
1. Kecambah normal, kecambah yang memiliki semua struktur kecambah penting yang berkembang dengan baik, seperti akar semi primer dan semi skunder terlihat jelas.
2. Kecambah abnormal, kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecaambah normal. Yang tergolong kecambah tidak normal seperti, kecambah rusak, kecanbah cacat atau tidak seimbang, kecambah busuk dan kecambah lambat.
3. Benih mati, benih yang sampai akhir pengujian tidak keras, tidak segar dan tidak berkecambah.
4. Benih segar tidak tumbuh, benih selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat mempunyai potensi tumbuh menjal.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 05 November sampai 08 desember 2008, bertempat di Laboratorium Balai Pembenihan Tanaman Sumatera Selatan di JL. Kol. H. Barlian No. 75 KM. 6 Palembang.
3.2. Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam Kerja Praktek dalam penguk
uran daya kecambah adalah pinset, cutter, bak
perendaman kertas, germinator dan bahan – bahan yang digunakan antara
lain : KNO30,2%, kertas filter, benih padi (
Oriza sativa )
3.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja dalam kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan kertas filter sebanyak 8 lembar dengan 28 cm x 21,5 cm dan
2. Siapkan benih benih dengan ukuran yang sama sebanyak 800 biji untuk 8 ulangan, masing – masing ulangan disemai sebanyak 100 biji.
3. Lalu kertas dan benih direndam dalam bak perendaman yang telah terisi larutan KNO3 0,2 % sebanyak 1 liter selama 24 jam, lalu diangkat.
4. Kemudian benih yang telah direndam diangkat, lalu dicuci sampai bersih dengan air atau aquadest sebanyak 3 kali.
5. Setelah dicuci barulah benih siap disemai diatas kertas filter tadi dan masukan kedalam germinator dengan suhu 27o C.
6. Amati perkecambahan, pada hari ke -14 setelah tanam.
7. Dicatat hasil pengamaatan dari kecambah normal, abnormal, mati dan benih segar tidak tumbuh.
8. Kemudian hitung persentase kecambah
3.4. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara kuantatif dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Persentase kecambah normal =
Persentase kecambah abnormal =
Persentase Benih mati
Persentase Benih segar tidak tumbuh =
3.5. Parameter Pengamatan
parameter yang akan diamati adalah sebagai berikut :
1. Persentase kecambah normal
Persentase kecambah normal diperoleh dengan mencatat jumlah kecambah yang tumbuh normal dengan kreteria sebagai berikut : tumbuhnya akar semi sekunder dan semi primer
2. Persentase kecambah abnormal
Persentase kecambah abnormal diperoleh dengan memcatat jumlah kecambah abnormal yang tumbuh dengaan kreteria sebagai berikut : Kecambah rusak, kecambh cacat, kecmbah lambat,
3. Persentse benih mati
Persentse benih mati diperoleh dari jumlah benih mati dengan kreteria sebagai berikut : benih mati, dan benih busuk.
4. Persentase benih segar tidak tumbuh
Persentase benih segar tidak tumbuh diperoleh dari jumlah benih segar tidak tumbuh dengan kreteri benih tetap keras sampai khir pengujian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari kerja praktek ini diperoleh hasil berupa data persentase kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati dan benih segar tidak tumbuh, yang diberi perlakun KNO3 dengan metode PKDp yang disajikan dalam bentuk tabel berikut ini :
Tabel 1. Persentase kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati dan benih segar tidak tumbuh dengan teknik uji daya kecambah benih padi yang diberi perlakuan KNO3 0,2 % dengn metode PKDp
No Benih Ulangan Persentase kecambah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Benih normal 72 75 77 80 86 85 89 77 80.13%
2 Benih abnormal 9 5 8 8 2 5
0 4 5,12%
3 Benih mati 6 2 8 4 2 4 3 3 4,00%
4 Benih segar tidak tumbuh 13 18 7 8 10 6 8 15 10,75 %
Total 100%
4.2.Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari teknik uji daya kecambah benih padi (Oriza sativa ) yang diberi perlakuan KNO3 dengan metode PKDp dapat dikelompokan kecambah yang normal, kecmbah abnormal, mati dan benih segar tidak tumbuh. Dari seluru benih yang dikecambahkan, diperoleh persentase kecambah normal 80,13 %, kecambah abnormal 5,12 %,Benih mati 4,00 %, dan benih segar tidak tumbuh 10,75 %.
Berdasarkan persentase kecambah diatas menunjukkan bahwa benih padi yang direndam dengan KNO3 0,2 % memiliki daya kecambah yang tinggi hal ini sesuai dengan pernyataan Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2005.
Tingginya daya kecambah padi karena larutan KNO3 0,2% yang digunakan dalam perkecambahan dapat merangsang pertumbuhan dengan cara memeca dormansi, dan digunakan sebagai pengganti air untuk kelembaban subtrat.
KNO3 , merupakan gabungan dua unsur esensial yaitu potasium ( K ) dan Nitrat (NO3) , dimana potasium ( K ) adalah salah satu dari tiga serangkai pupuk buatan yang esensisal yang lainnya adalah fosfor dn nitrogen ( Skinner, 1984 ) dan merupakan satu dari unsur kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi tanaman serta sering dianggap sebagai regulator karena bergabungnya dengan 60 sistem enzim yang bekerja pada tanaman ( CPHA, 2003 ). Potasium (K) membantu tanaman untuk tahan terhadap pengaruh suhu dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Sedangkan Nitrat (NO3) adalah larutan yang sangat cepat diserap tumbuhan. Jika Potasium (K) dan Nitrat (NO3) bergabung, kedua unsur ini menjadi larutan KNO3 yang saangat efektif dalam merangsang perkecambahan benih dorman, pertumbuhan perkecambahan dan dapat memecah dormansi benih, serta larutan 0,2 % KNO3 berfungsi sebagai pengganti air dan digunakan untuk kelembaban subtrat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Kerja Praktek yang telah dilaksanakan di Laboratorium Balai Pembenihan Tanaman Sumatra Selatan sebagai berikut :
1. Pengujian daya kecambah benih padi ( Oriza sativa ) dapat dilakukan dengan larutan KNO3 0,2 % dengan metode PKDp.
2. Benih padi yang direndam dalam KNO3 menghasilkan persentase kecambah normal 80, 13%
5.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan akurat maka diharapkan untuk melakukan uji perkecambahan dengan menggunakan larutan selain KNO3.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Tanaman Hortikultur Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Laboratorium Tanaman Pangan dan Hortikultur.
Derektorat Jendral Tanaman Pangan. 2005. Evaluasi Kecambah Pengujian Daya Kecambah. Depok . Jawa barat
Direktorat pembenihan tanaman hutan. 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik – Fisiologi Benih. Jakarta
Heddy, G. 1990. BIologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.
Hidayat, E. B. 1995. Anatomi tumbuhan berbiji. ITB. Bandung
http://www.emailcashpro.com/?r=ghozian
Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta
Tortora, G. J. 1987. Principles of Anatomy and Physiologi. New York. Harper and Row
Yandiant. 2003. Bercocok Taanam Padi. Penerbit M2S. Bandung.
Wiryani. 1967. Padi. Rinjani. Solo
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Tabel perhitungan jumlah kecambah yang tumbuh
No Benih Ulangan Jumlah kecambah yang tumbuh
1 2 3 4 5 6 7 8
No Benih Ulangan Jumlah kecambah yang tumbuh
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Benih normal 72 75 77 80 86 85 89 77 641
2 Benih abnormal 9 5 8 8 2 5 0 441
2 Benih abnormal 9 5 8 8 2 5 0 441
3 Benih mati 6 2 8 4 2 4 3 3 32
4 Benih segar tidak tumbuh 13 18 7 8 10 6 8 16 86
Total 100 800
Lampiran 2.
Tabel 1. Persentase kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati
dan benih segar tidak tumbuh dengan teknik uji daya kecambah benih padi
yang diberi perlakuan KNO3 0,2 % dengn metode PKDp
No Benih Ulangan Persentase kecambah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Benih normal 72 75 77 80 86 85 89 77 80.13%
2 Benih abnormal 9 5 8 8 2 5 0 4 5,12%
3 Benih mati 6 2 8 4 2 4 3 3 4,0%
4 Benih segar tidak tumbuh 13 18 7 8 10 6 8 16 10,75%
Total 100%
Lampiran 2. Gambar perkecambahan benih padi ( Oryza sativa )
A. Perkecambahan pada kertas B. Kecambah siap dihitung
gulung
C. Kecambah Normal D. Kecambah Abnormal
E. Benih Mati F. Benih Segar tidak Tumbuh
No Benih Ulangan Persentase kecambah
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Benih normal 72 75 77 80 86 85 89 77 80.13%
2 Benih abnormal 9 5 8 8 2 5 0 4 5,12%
3 Benih mati 6 2 8 4 2 4 3 3 4,0%
4 Benih segar tidak tumbuh 13 18 7 8 10 6 8 16 10,75%
Total 100%
Lampiran 2. Gambar perkecambahan benih padi ( Oryza sativa )
A. Perkecambahan pada kertas B. Kecambah siap dihitung
gulung
C. Kecambah Normal D. Kecambah Abnormal
E. Benih Mati F. Benih Segar tidak Tumbuh